Jarmod’s Series: Coldplay (X&Y)

Mengawali seri ini, izinkanku membagikan kisahku dengan Coldplay, band kenamaan Inggris yang sudah eksis sejak 90-an dan kini masih aktif meproduksi musik, bahkan tur keliling dunia. Album A Head Full of Dreams (AHFOD) sukses besar di pasaran.

Tertulis di Billboard.com, sejumlah 114 tur telah dijalankan dengan keuntungan sebesar $523.033.675 untuk penjualan tiket. Jumlah penontonnya pun terhitung sebanyak 5.389.589 di satu setengah tahun turnya itu. Akan tetapi, buatku sendiri tur AHFOD memang menyajikan tata panggung serta perlengkapan konser lainnya yang luar biasa. Meski bagiku sendiri, albumnya memang kurang Coldplay. Haha, istilahnya seperti itu.

Ceritaku dengan Coldplay sebenarnya dimulai sejak aku memulai perjalananku di Jatinangor, indekos Teratai Biru di bilangan Gang Mawar. Namun apabila menilik ke belakang lebih jauh, perkenalanku dengan Coldplay sudah dimulai (?) sejak SMP ketika Yellow, The Scientist, hingga Viva la Vida menjadi lantunan wajib anak-anak SMP di ponselnya.

Berbarengan dengan Unintended-nya Muse.

Sebelum mengenal Coldplay, Linkin Park dan menyusul Muse menjadi santapan telingaku setiap hari. Sejak itu, aku sering kali menolak musik lain di samping kedua band itu. Termasuk lagu-lagu hits saat itu yang menurutku sudah cukup ku dengar lewat ponsel teman atau tempat publik saja.

Ingat sekali, album X&Y, album ketiganya, menjadi album pembuka bagiku untuk mengenal lebih dalam Coldplay. Meskipun album ini dirilis sepuluh tahun lebih setelah aku benar-benar mendengarkannya, lagu tiap lagunya benar-benar membuatku terhanyut dalam setiap lirik serta tarikan gitarnya.

Aku ingat sekali, album ini sedang kencang-kencangnya aku putar saat gejolak hati ini sedang dalam masa puncaknya. Terkadang, album ini juga mengingatkanku pada masa bagaimana aku berusaha demikian keras untuk sekadar mengincar status pasangan dari perempuan yang baru kukenal beberapa bulan. It works, for months, apparantly.

Khususnya X&Y, salah satu judul lagu yang terdapat dalam albumnya. Menurut interpretasiku sendiri, lagu ini dalam menceritakan tentang kebimbangan seseorang atas kelanjutan hubungan asmaranya. Terkadang, lirik ini juga berkaitan dengan perasaanku saat itu.

White Shadow menjadi yang paling terbaik. Meskipun aku belum pernah mengetahui lebih dalam makna dari liriknya, tetapi kerasnya gitar yang dimainkan Jonny Buckland membuatku serasa betah mendengarkannya dengan lama.

Lagu ini juga mengingatkanku, kuat, dengan waktu-waktuku di indekos lama. Berduaan dengan temanku di kamarnya, di tengah ia menyelesaikan game online-nya dan aku hanya sekadar tiduran di kasurnya mendengarkan lagu-lagu Coldplay sembari berseluncur di Twitter. Waktu yang semakin waktu berjalan semakin jarang kurasakan kembali.

Lagu jatuh cinta seluruh dunia juga muncul dari album ini, Fix You. Dilansir dari Dailymail.com, lagu ini dibuat sang vokalis Chris Martin untuk mantan istrinya, yang juga menjadi istri fiksinya Robert Downey Junior dalam dunia Iron Man, Gwyneth Paltrow. Lagu ini dibuat agar ia tidak bersedih lagi pascaditinggal ayahnya yang meninggal.

Lagu ini kepalang mainstream bagiku sehingga sulit sekali untuk menjadikannya salah satu favorit di album ini. Kenangan yang bisa kubagikan melalui lagu ini adalah menyanyikan lagu ini bersama teman-temanku. Kadung karena lagu ini anmpaknya merupakan lagu yang paling terkenal dari X&Y.

Banyak sekali lagu yang membuatku teringat akan masa lalu, khususnya tentang masa-masa berjuang untuk mendapatkan pasangan. Swallowed in the Sea, The Hardest Part, dan Talk menjadi lagu lain yang terkadang membangkitkan kenangan lama itu.

Judul seri ini diambil dari nama sahabat yang mengenalkanku pada musik-musik lain selain Linkin Park. Lama tidak menulis dengan intensi untuk bercerita membuatku sedikit aneh mengetik dan membacanya. Semoga kedepanya bisa lebih enak dibaca dan perlu.

One thought on “Jarmod’s Series: Coldplay (X&Y)

Silakan beri saya pendapat, saran, atau kritik sebagai bahan evaluasi dan sarana interaktif